Monday, November 10, 2014

Polemik itu Muncul Kembali

mengalami kegelisahan yang berulang, lagi dan lagi. surat permohonan pindah ternyata sudah ada jawaban, DITOLAK. satu kata tapi bermakna banyak sekali. seperti terbang tinggi bersama harapan yang melambung tapi tiba-tiba terhempas secara tiba-tiba dan kembali ke tanah. sakiiiit rasanya, merasakan harus kembali berjauhan dengan keluarga. rasanya pengen lari saja dan tidak kembali. ajuan untuk mengundurkan diri kembali dikemukakan kepada keluarga. ada yang mendukung tapi lebih banyak yang meminta bertahan dan bersabar. hati sudah terbagi dua, sebelah meminta beranjak, satu lagi meminta bertahan. suami mengajukan opsi jika ingin mengundurkan diri maka S3 harus sudah ditangan. katanya, S2 belum cukup untuk berdiri dan mengembangkan semua potensi yang ada di tempat kami. opsi yang membahagiakan sekaligus merisaukan. secara otomatis, jika itu dilakoni, maka kepentingan pribadi kembali dimunculkan. tidak ada kepentingan keluarga, tidak kepentingan yang lain. ini harus dibicarakan secara lebih serius dengan semua pihak.
ingin teriak sekencang-kencangnya dan memuntahkan semua keresahan yang membuncah. disini letak ujian kesabaran itu. rasanya berat sekali. jika kau ingin melompat, mungkin kali ini saya sampai di lompatan kedua dan berharap segera sampai di lompatan ke sepuluh. berharap cerita sekarang menjadi memori yang cukup untuk dikenang. tapi nyatanya, saya masih disini dan masih bergelut dengan banyaknya polemik dalam diri dan keluarga.
saya yakin, tidak hanya saya yang pernah mengalami hal seperti ini. banyak diluar sanapun orang-orang mengalami hal serupa. berharap bertemu dengan mereka dan kita bisa saling menguatkan. setidaknya, bisa mengurangi beban yang ada di pundak.
Alloh punya skenario unik dibalik setiap kejadian. saya yakin, kuat itu bersumber dari hati dan pikiran. psikis akan menguatkan fisik. pengalaman serupa pernah terjadi sewaktu menyelesaikan tesis. dalam kondisi pasrah itulah sebenarnya, doa yang terkabulkan. mungkin belum muncul rasa ikhlas yang menjadi dasar untuk mendekatkan diri padaNya. bukan orang lain yang mengukur tapi diri sendiri yang paling mengetahui segalanya. dan satu lagi, doa orang tua dan suami adalah yang utama. semuanya pernah dibuktikan. jika satu saja bilang tidak, maka jangan harap semuanya bisa lancar. kedua elemen itu harus menjadi yang terkuat dan paling penting. ketika kita berdoa mohon diberi kekuatan, mungkin inilah jalan untuk menjadi kuat itu. saat saya sudah merasa terbiasa dengan semua kesulitan-kesulitan itu semoga suatu saat nanti saya menanggapi kebahagiaan dan kesulitan dengan biasa, seperti sesuatu yang sama. seperti makanan dan minuman yang masuk mulut, keduanya akan bercampur dalam perut dan tidak ditanggapi berlebihan toh keduanya juga masuk mulut dan hanya lewat. sesimple itu dan tidak ditanggapi berlebihan.
semoga Alloh selalu menuntun kita dan kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian, amiiiiin..  Alloh Maha Besar.

Kembali ke Titik 0

Siang ini, saya membaca tulisan seorang guru (anggap saja begitu). Meskipun tidak pernah bertegur sapa dan beliau hanya mengenal saya sekali...