Thursday, February 17, 2022

Kembali ke Titik 0


Siang ini, saya membaca tulisan seorang guru (anggap saja begitu). Meskipun tidak pernah bertegur sapa dan beliau hanya mengenal saya sekali melalui salah satu kegiatan. Saya sengaja menampilkan diri untuk mendapat perhatian supaya beliau melihat dan bisa mengenali saya. Dan saya berhasil. Beliau mem-follow IG saya dan beliau tahu 'setidaknya' nama saya, juga kapan kami berkenalan. ciieee... hahaha...

Beliau bercerita mengenai bagaimana seseorang yang sudah sukses berani untuk kembali ke titik 0 untuk memperjuangkan kembali mimpinya. Wow.. bukan hal yang sederhana dan mudah. Kembali ke titik 0 artinya hampir sama dengan penderitaan. Tidak ada kepastian, tidak ada kenyamanan, semua tentang perjuangan. Mencari sebuah pengharapan dengan ketidakpastian, seperti mencari lobang jarum untuk menjahit. Perlu konsentrasi, perlu konsisten, perlu ketekunan, dan tidak ada kata menyerah. 

Seperti melihat kaca yang memantulkan sisi hidup saya. Kembali ke titik 0 untuk menjadi seorang dosen profesional. Kata 'profesional' hampir seperti melihat ujung jalan yang tidak tampak. Tidak ada kenyamanan, tidak ada kejelasan, tidak ada kemudahan, tidak ada privilege. Pertanyaan yang kerap muncul hanyalah "kamu siapa?". Tidak ada track record. Mulai dari titik dimana semua hal itu seperti hutan yang gelap gulita, tanpa ada penerangan sedikitpun. 

Mengajar. Meskipun pernah menjadi dosen luar biasa, menjadi asisten dosen, semuanya tidak sama. 

Meneliti. Meskipun pernah membuat paper dalam bentuk tesis dan skripsi, tapi ternyata tidak seperti kelihatannya. Perlu banyak hal yang harus dibangun, hingga sampai pada tujuannya.

Mengabdi pada masyarakat. Ini hal baru, belum pernah menjadi volunteer.

Sekarang bukan tentang melihat bagaimana beratnya ketiga hal tersebut dijalani, tetapi tentang mental membangun. Setiap task akan bisa dilalui jika memiliki tekad yang kuat dan pantang menyerah. Begitupun dengan hutan belantara. Ambil senter kemudian melangkah mulai dari langkah pertama. Semua akan terlihat jelas dan semakin indah ketika tahu ternyata di hutan itu ada madu hutan yang kelezatannya tiada tara. Ada bunga dan ranting pohon yang indah. Ada hewan yang bersahabat. Seperti negeri dongeng, kita tinggal mendongeng saja. 

Kenali satu per satu, kemudian dongengkan. Orang akan senang mendengar hal-hal yang indah ketimbang keluh kesah. 

No comments:

Kembali ke Titik 0

Siang ini, saya membaca tulisan seorang guru (anggap saja begitu). Meskipun tidak pernah bertegur sapa dan beliau hanya mengenal saya sekali...