Wednesday, December 27, 2017

Liburan di Garut

Halo tuliiir.. seminggu tidak bersua melewati hari libur.
Libur tlah usai libur tlah usai, hore hore hore...
Kemarin kami berlibur ke bandung dilanjut ke garut. Sebenarnya ke bandung bukan dalam rangka liburan beneran. Ada sebuah accident yang membuat kita akhirnya harus pergi ke bandung. Nenek jatuh dan harus dapet perawatan intensif. Kejadian bukan kecelakaan yang maha dahsyat, hanya jatuh terpeleset tapi karena nenek yang sudah sepuh jadi kecelakaannya menjadi kejadian yang super perlu perhatian intensif. Setelah pemeriksaan lebih lanjut ternyata semua baik-baik saja. Lega, nenek kami tinggal dalam masa pemulihan.
Sebelum pulang, kami menyempatkan mampir ke alun-alun bandung. Melihat dan mengamati pemandangan sekitar. Mengantar anak-anak bermain-main di taman kota. Sungguh obat mujarab buat kekangenan saya selama ini. Lumayan mengobati rasa kangen yang menggelayut beberapa pekan terakhir ini.
Setelah Alun-alun, kami melanjutkan rencana liburan kami ke Garut. Tempat yang tidak terlalu jauh dan bagaimanapun kalau mengunjungi tempat baru akan memunculkan perasaan segar dan senang. Anak-anak menikmati waktu kita disana karena Sampireun menyediakan banyak spot untuk anak-anak bermain. Kita mengunjungi beberapa tempat di sekitar resort, salah satunya yaitu Kamojang. Sebelum pulang kami juga mengunjungi Darajat Pass, sekedar hanya memenuhi kepenasaranan saja.
Liburan kali ini terasa puas sekali. Anak-anak senang, orang tua juga senang. Kami sampai membuat permainan ala adventure2 begitu, dibagi dua tim dan bertemu di satu titik yang ditentukan.
Lain kali kita mau kemana lagi y? Can't hardly wait our next holiday.

Tuesday, December 19, 2017

My Converty

Today, Im back with my converty. Novel bakal menemani seharian ini. Teman tapi Menikah 2 dan Novel nya Agatha Christie, Murder on The Orient Express. Kalau nampak sekilas sih kayanya bakal seru. Tidak tahu kalau sudah didalami. Apapun kan seperti itu, penampakan dan pencitraan bisa berbanding terbalik dengan kenyataan.
Beberapa hari belakangan ini, saya sempat oleng, hilang keseimbangan, bahkan hilang kesadaran yang menyebabkan perasaan melayang dan nyaman. Entah itu diakibatkan oleh klimaks dan telah sampai pada anti klimaks atau memang sudah saatnya berbalik arah dan Alloh tunjukkan jalan kembali. Apapun itu, tapi perasaan sekarang ini datar dan netral. Tidak ada gejolak apapun, tidak ada keinginan apapun. Mungkin ini yang dirasakan para pupuhu terdahulu hingga akhirnya memutuskan untuk berlaku netral dan cukup tau diri untuk berjalan tanpa semangat yang jelas. Berjalan tanpa alas, berjalan tanpa tujuan, hanya sekedar berjalan asal ada fulus yang mengalir.
Tumbuhan saja menjalar menuju matahari, hewan saja berburu untuk mendapatkan makanan. Masa selevel manusia cukup berdiam diri saja tanpa ada usaha apapun. Cukup puas dengan pencapaian dahulu dan saat ini tanpa ada keinginan yang lebih tinggi. Positifnya, mungkin mereka lelah. Sama halnya dengan saya. Mungkin mereka tidak cukup kuat menembus tembok yang selama ini sudah dibangun. Mungkin kakinya kurang kuat menancap sehingga membuatnya oleng dan akhirnya cukup bertahan dengan keadaan sekarang.
Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Tidak ada yang pasti dalam hidup ini. Semua penuh dengan rahasia. Manusia hanya perlu berpositif ria. Positif berfikir, positif memandang hidup, positif berucap, sehingga menjadikan perilakunya positif dan lingkungannya positif.
Seperti kemarin, hari inipun saya hanya berujar tak tentu arah.
Kita akan kembali membangun budaya positif disini.
Jangan mengenal kata menyerah.
Semua dimulai dari sini, saat ini.
Apapun bisa.
Titik.

Monday, December 18, 2017

Miss Me a Lot

Hai tuliiiir... miss me? yess, off course. You gonna miss me a lot, as miss as I do to you.
Waktu bergulir begitu cepat. Setiap hari adalah lompatan yang dilalui, bertemu kerikil, batu tajam, pasir, gundukan tanah, bahkan hanya semilir angin, semua sudah terlalui dengan sempurna. Tidak ada yang terjadi diluar kendali kontrol Yang Maha Mengendalikan.
Peralihan masa merupakan sebuah roller coster yang melalui rel yang jelas. Kadang naik, kadang turun, semua sudah biasa. Semua terjadi seperti orang makan, menyuap suapan pertama dilanjut suapan kedua begitu terus sampai suapan terakhir. Sama halnya melihat sebuah masalah, lahap saja, kamu akan sampai pada suapan terakhir, dengan atau tanpa disadari.
Begitulah memandang hidup itu, tidak semua hal berat dianggap berat, tidak semua hal kecil dianggap kecil. Berat bisa dianggap ringan jika kau anggap semua ringan, ringan bisa berasa berat jika terus bergelayut dan tertanam dalam pikiran. Apapun bagaimana kau memandangnya. Bisa kecil bisa besar, bisa luas bisa sempit. Everything on your mind.
Kebesaran hatimu yang membuat masalah besar menjadi kecil, keluasan pikiranmu yang membuat perasaan sempit menjadi lapang. Apapun bisa dilakukan. Ambang batas sakit setiap orang berbeda, tidak bisa disamakan. Semakin besar pohon tumbuh, akan semakin besar angin berhembus.
Camkan itu tulir!!!
Senang sekali rasanya, setiap hari ada yang menunggu, Ya kamu tulir, mau mendengar setiap kata yang ingin tercurah, setiap ungkapan keresahan. Mudah sekali.
C U tomorrow... bye..

Tuesday, December 12, 2017

Birokrasi itu Tidak Ada Disini

Hai tuliiiir... hari-hari yang sangat membosankan. Membayangkan esok hari aja rasanya sungguh mengesalkan. Bisa dibayangkan bagaimana semuanya harus dilalui dengan penuh tekanan.Rasanya pengen lari dan tak kembali.
Saya membaca sebuah jawaban mahasiswa mengenai birokrasi indonesia. Pertanyaannya, bagaimana birokrasi di Indonesia dan permasalahannya. Banyak anak yang menjawab tentang sebuah birokrasi memiliki permasalahan dalam hal pengambilan kebijakan, prosedur yang tidak jelas, sumber daya manusia yang kurang kompeten, dan masing banyak hal lain yang diungkapkan. Secara teoritis, semua orang faham akan birokrasi pemerintahan. Secara praktek, mereka tidak luwes dan cenderung abai terhadap pemahamannya.
Unsil memiliki segudang masalah birokrasi yang perlu dipecahkan. Bukan hanya di level pimpinan, tetapi juga di level bawahan. Setiap orang belum faham dengan kedudukan, tugas dan fungsinya. Tidak setiap permasalahan diselesaikan melalui level pimpinan, beberapa masalah kecil cukup diselesaikan di level bawah. Sehingga akan membuat organisasi berfungsi dan berkembang dengan leluasa. Bisa dibayangkan, masalah kecil setingkat uang makan saja harus diselesaikan oleh pimpinan setingkat Wakil Dekan atau Dekan. Terus bagaimana kabarnya kepala bagian, kepala subbagian? Sebuah delegasi tugas dan tanggung jawab bisa membuat organisasi kuat. Melalui pemenuhan fungsi setiap bagian, organisasi bisa lebih berkembang dan menjadikan strukturnya lebih kuat.
Pantas saja, sekian lama berdiri Unsil belum sampai kemana-mana. Masih meributkan uang makan, absensi, recehan-recehan lain yang sebenarnya tidak perlu menjadi masalah besar. Bagaimana dengan penekanan tentang penelitian, standar pengajaran, dan bentuk pengabdian kpd masyarakat yang lingkup nya lebih besar? Apa tidak kelimpungan, terjerat pada stigma negatif dan pemikiran sempit sebuah perubahan. Orang yang tidak bisa menerima perubahan sama dengan orang yang menolak berkembang. Menolak bersaing dengan orang-orang yang (kemungkinan) lebih kompeten dibanding dirinya. Paradigma kolot dan lebih bersifat kedaerahan merongrong pemikiran positif yang muncul sehingga memunculkan pikiran dan perilaku negatif.
Entah berapa lama yang dibutuhkan untuk membangun lingkungan positif. Dari sini, saya bisa melihat bahwa orang yang sudah mengalami hidup di kota atau negeri entah berantah cenderung memiliki pemikiran terbuka dan lebih modern ketimbang orang yang berdiam di kotanya. Hal tersebut membuat pemikirannya menjadi konservatif dan kolot. Mengapa demikian? Orang yang pernah merantau, mengalami satu fase culture shock dimana seseorang berjuang mencoba beradaptasi dengan lingkungan baru dan berusaha keluar dari belenggu kedaerahannya. Tentu saja, situasi tersebut dapat mengalahkan ego, memunculkan mental yang lebih kuat, dan pertahanan diri yang lebih besar. Orang yang tidak kuat menghadapi situasi tersebut akan kembali ke daerahnya dan mentalnya terkurung dalam situasi kedaerahannya.
Semakin lama, bahasannya semakin tidak berujung.
Intinya, kuatkan mental, kokohkan pendirian, dan bangun pemikiran positif yang memunculkan perilaku positif agar lingkungan menjadi positif.
Bye tuliir.. c u tomorrow. Miss me, yes?!

Sunday, December 10, 2017

Be Humble, as Always

Monday, bulan terakhir di tahun 2017. Menjelang akhir tahun menyisakan plot waktu yang bergerak perlahan. Seperti sebuah adegan slow motion, bulan desember diisi dengan segudang aktifitas yang menuntut untuk penyelesaian di akhir tahun. Masa yang bergerak, seakan-akan mengajak untuk menikmati semilir angin yang bergoyang tertiup angin sepoi-sepoi. Terdengar sangat klise, ketika setumpuk pekerjaan meronta-ronta untuk diselesaikan, sesaat itu pula pekerjaan itu meminta untuk ditumpuk dalam tumpukan berkas tak bertuan.
Tulir pasti kebingungan, apa yang hendak diceritakan, apa yang hendak disampaikan. Plot cerita yang tidak beraturan, rangkaian kalimat yang sulit dicerna.
Tidak ada apapun yang ingin disampaikan, hanya sekedar melepas sedikit penat yang bergelayut dalam pundak. Tidak ada apapun yang terjadi kecuali izinNya.
Love life and be humble..

Tuesday, December 5, 2017

Bualan di pagi hari



Hai tuliiiir.. bertemu lagi.. sekian hari ga ketemuu, kangen g? hehehe...
Beberapa hari ini banyak kejadian-kejadian diluar dugaan. Beberapa membuat terhenyak, beberapa lainnya membuat terharu, beberapa lagi membuat bernostalgia. Ada senang ada sedih, itu biasa. Hidup terus bergulir. Putuskan mau berada pada posisi mana, jangan patah harapan dan semangat karena hidup bukan hanya sekedar kata makan dan jalan-jalan.
Sudah sampe mana perang itu dikobarkan? sudah sampe abu terbang atau baru sampai bara api yang masih menyala? jangan hirau, semua proses tidak ada yang percuma. everything happens for a reason. Pahami dan resapi, setiap jalur kehidupan tidak ada yang terlalui dengan sia-sia. Putuskan apa yang menjadi keyakinanmu, berjalan pada akal dan hati nurani.
cukup untuk sementara, buku Ultimate U cukup mewakili kondisi akhir-akhir ini.
terima kasih..

Kembali ke Titik 0

Siang ini, saya membaca tulisan seorang guru (anggap saja begitu). Meskipun tidak pernah bertegur sapa dan beliau hanya mengenal saya sekali...